Sabtu, 19 November 2011

Meski Kalah, Penonton Indonesia kian Dewasa

Meski Kalah, Penonton Indonesia kian Dewasa

JAKARTA-Sekitar 100 ribu lautan manusia terdiam saat Indonesia ditaklukan Malaysia 0-1 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Kekala han yang menyakitkan di kandang sendiri itu terjadi, tadi malam, di babak lanjutan cabang olahraga sepak bola SEA Games. Meski tidak mempengaruhi tiket semifinal, kekalahan tersebut cukup menyakitkan hati, apalagi lawannya adalah Malaysia. Gol semata wayang yang ditorehkan Syahrul Azhari Ibra him itu membuat Harimau Muda unggul dari Garuda Muda. Gol-nya dimenit ke- 17 sa ngat memukul para pendukung Titus Bonai dkk karena terjadi di negri sendiri. Tapi kekalahan itu bukan akhir dari perjuangan merah putih. Kekalahan dari Malaysia bukan berarti memupuskan asa Timnas U-23 untuk bisa memecahkan puasa medali emas selama 20 tahun.
Garuda belum bertemu kiamat. Belum mati. Tim besutan Rahmad Darmawan itu sudah dipastikan lolos sebagai runner up group dan akan bertarung di babak semifinal, Sabtu (19/11), besok di tempat yang sama melawan Vitanam Bisa saja, Indonesia kembali bertemu Malaysia di final dan menun taskan dendamnya kembali musuh bebuyutannya. (seleng kapnya baca halkaman Jawa Pos) ”Kita masih punya harapan. Maaf atas kekalahan ini, tapi kami optimis kalau kami masih bisa memberikan yang terbaik untuk bangsa,” kata Titus Bonai lewat pesan singkat Blackberry Massanger-nya kepada wartawan koran ini, tadi malam. Justru yang menarik dari pertandingan, tadi malam, adalah kemenangan para penonton Indonesia. Munculnya kembali uforia sepak bola Indonesia yang sempat tenggelam usai Piala AFF, beberapa waktu silam.
Puluhan ribu penggila bola, dari berbagai kalangan, dari berbagai komunitas, status ekonomi menyatu di Stadion yang berkapasitas 80 ribu orang itu. Parkir mobil penuh di manamana. Halaman TVRI, Parkir timur Senayan, Gedung Piramida KONI Pusat, bahkan area Plaza Senayan, FX Senayan yang seharusnya diperuntukkan untuk pengunjung Mal, padat diisi oleh mobil-mobil para pecinta bola. Bibir jalan di depan TVRI langsung dijadikan tempat parkir dadakan sepeda motor. Banyak tukang parkir dadakan juga. Pukul 18.15 saja, di sisi barat SUGBK sudah sangat padat. Selain karena memang hari kerja, banyak para penikmat si kulit bundar itu langsung datang ke Stadion selepas kerja. Sepanjang jalan sebelum Hotel Mulia, mobil-mobil nekat parkir dipinggir jalan. Mereka seolah tidak perduli dengan keamanan. Lebar jalan pun jadi mengecil.
Wartawan koran ini tertinggal satu babak tidak bisa menyaksikan pertandingan bergengsi itu. Penyebabnya adalah tidak menemukan tempat parkir. “Jalanjalan tikus” dipinggir jalan sudah diisi semua oleh kendaraan. Motor dan mobil sudah saling himpit dan berdesakan. Saat mencoba parkir di belakang KONI Pusat Gedung Piramida, yang terjadi malah rebutan parkir. Banyak mobil posisi menyala, tapi belum juga dapat parkir. ” Penuh Pak, penuh Pak. Kalau mau parkirnya di mal pak,” teriak tukang parkir sambil melambaikan tangannya. Terpaksa INDOPOS langsung bergeser ke Mal Plaza Senayan. Jaraknya dari tribun VIP Barat-tiket yang dipegang INDOPOS-hampir 1 KM jaraknya.
Itu pun tidak langsung dapat. Basement penuh, parkir lantai 2 penuh, yang kosong hanya parkir lantai 3 Plaza Senayan. Benar-benar hari sepak bola. Area SUGBK padat merayap hingga Mal. INDOPOS terkejut saat di Plaza Senayan terdengar teriakan suara suporter. Ternyata mal yang terkenal dengan komunitas menengah ke atas itu juga terjangkit virus sepakbola. Mal itu mengadakan even nonton bareng yang dipersembahkan oleh panitia SEA Games Inasoc. Aroma suporter sampai juga ke dalam mal. Jalan menuju ke Stadion juga tidak begitu saja mudah dilalui. Halaman Masjid Al Bina, SUGBK, yang tadinya biasa diisi oleh pedagang kaki lima berubah jalan setapak.
Satu area itu, penuh dengan motor. Setelah berhasil masuk kedalam Stadion, perjuangan wartawan koran ini belum juga selesai. Tiket VIP Barat di pintu Gate 1 yang saya miliki anehnya sudah tidak berpengaruh. Saya bebas masuk kedalam tribun yang harganya Rp 350 ribu itu. Al hasil, manusia sudah seperti semut. INDOPOS berhasil masuk ke bibir tribun, namun untuk untuk masuk kedalam tribun sudah tidak tertampung. Walau akhirnya berhasil duduk di Tribun Gate II yang digabung dengan tribun media. Tempat wartawan itu juga sudah seperti berubah fungsi. Tempat duduk wartawan diisi oleh para penonton umum juga. Tribun sangat semrawut dan padat.
Namun ada yang membanggakan kendati kalah. Suporter Indonesia sudah mulai dewasa. Suporter Indonesia sudah tidak kampungan. Tidak ada amukan masa, tidak ada lemparan botol ke lapangan, tidak ada petasan dan kembang api. Mereka hanya berteriak. Bisa pulang tertib dan tertatur, kendati Garuda Muda baru saja diinjak-injak oleh Harimau Muda. Garuda Muda memang tidak tampil penuh. Pada babak pertama saja, Rahmad Darmawan melakukan rotasi yang cukup besar. Posisi kiper diisi kiper kedua Andritany Ardhiyasa. Pemain belakang juga bukan The Winning Team . Lini tengah juga bukan jangkar utama, serta di lini depan, RDsapaan akrab Rahmad Darmawan- merotasi dengan menurunkan trio striker Ferdinand Sinaga, Titus Bonai, dan Yongki Aribowo. ” Para pemain kurang tenang dan mudah kehilangan bola, organisasi serangan juga tidak tertata rapih. Tentu semua berharap di pertandingan semifinal tidak terjadi lagi hal yang merugikan tim,” kata Ricky Yacobi mantan pemain Timnas Indonesia. (lis)
Meski Kalah, Penonton Indonesia kian Dewasa
4/ 5
Oleh
Add Comments


EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.