Shift Malam Vs Kanker
penyakitInternational Agency for Research on Cancer (IARC) yang merupakan sebuah unit WHO melaporkan bahwa bekerja malam kemungkinan bersifat karsinogenik, atau menyebabkan kanker. Artinya, baru terdapat bukti yang terbatas tentang kanker pada manusia, namun telah diperoleh bukti pada hewan percobaan. Wanita yang bekerja malam cukup lama menghadapi resiko kanker payudara lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang hanya bekerja siang hari.
Para periset mengatakan bekerja dengan shift mengganggu jam biologis tubuh. Padahal, jam internal ini mengatur ritme circaidan, suatu sistem kompleks yang memberi sinyal pada sel-sel untuk memproduksi hormon di berbagai kesempatan. Gangguan ritme circadian inilah yang mungkin bisa bersifat karsiogenik atau menyebabkan kanker.
Pekerjaan shift paling banyak ditemukan dalam sektor layanan kesehatan, transportasi, industri, komunikasi, dan rumah sakit.
Para periset melakukan suatu tinjauan pada studi epidemiologi. Data berdasarkan kasus kanker payudara di kalangan perawat dan pramugari. Diperkuat dengan studi pada hewan yang menunjukkan paparan terhadap cahaya yang terus menerus, cahaya redup di malam hari, serta simulasi jet lag memicu perkembangan tumor secara signifikan.
Salah satu meningkatnya resiko kanker adalah sistem circadian yang terganggu karena adanya paparan terhadap cahaya di malam hari. Keadaaan ini mengubah pola tidur, menekan produksi hormon melatonin, dan mengacaukan gen yang mengendalikan perkembangan tumor. Namun Cogliano dari IARC menyatakan, faktor apa saja yang membuat pekerjaan dengan shift menyebabkan kanker masih perlu diteliti. IARC berencana melakukan tinjauan kembali selama lima tahun mendatang ketika lebih banyak bukti yang ditemukan.
Fred Hutchison di Amerika Serikat menemukan bahwa wanita yang bekerja malam memiliki resiko kanker payudara 60% lebih besar. Hal ini kemungkinan berhubungan dengan respons tubuh terhadap cahaya. Setelah tubuh terpapar cahaya matahari atau cahaya buatan, lalu berada pada kondisi gelap, kelenjar pineal di otak memproduksi hormon melatonin. Produksi ini terganggu jika seseorang tetap terjaga di malam hari dengan lampu menyala. Melatonin juga berfungsi sebagai antioksidan yang melindungi DNA dari jenis kerusakan yang dapat menyebabkan kanker atau serangan jantung.
Pakar lainnya mengingatkan, ada kemungkinan bahwa orang biasa yang bekerja malam mungkin juga memiliki perilaku yang meningkatkan resiko kanker. Seperti: kecenderungan lebih tinggi untuk minum alkohol, merokok, serta kurangnya beristirahat.
Sementara dalam studi lain menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara bekerja dalam shift dengan kanker prostat. Dr. Tatsuhiko Kubo dari Jepang mengatakan bahwa pekerja shift dikenal sebagai populasi yang beresiko tinggi untuk mengalami beberapa jenis kanker. Menurutnya, ada kemungkinan berkurangnya produksi hormon melatonin turut berperan, karena hormon tersebut membantu tidur dan memiliki efek anti kanker.
Studi lainnya di Jepang menunjukkan pekerja shift dan pekerja malam juga menghadapi resiko kematian lebih tinggi akibat penyakit jantung. Selain itu, efek dari faktor resiko penyakit jantung, seperti tekanan darah tinggi, obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan, dan merokok tampak jauh lebih kuat pada orang yang bekerja dalam shift.
Studi di University of North Carolina di Amerika Serikat menunjukkan wanita hamil yang bekerja malam hari lebih rentan untuk melahirkan prematur dibandingkan dengan mereka yang bekerja pada jam normal. Tampak bahwa kelelahan fisik seperti terlalu lama berdiri atau mengangkat barang berat, tidak memicu terjadinya kelahiran prematur. Lain halnya dengan bekerja malam. Wanita yang pada titik manapun dalam kehamilannya bekerja antara pukul 10 malam hingga 7 pagi, beresiko memiliki bayi prematur. Terdapat beberapa bukti bahwa aktivitas di dalam rahim berubah pada malam hari. Menurut para ahli, ada kemungkinan bekerja malam mengganggu jam