8 Sebab Kenapa Orang Takut Dioperasi
headlines Info TemenOperasi merupakan terminologi untuk menyebut suatu tindakan pembedahan yang dilakukan oleh para tenaga medis.
Kata operasi (to operate) memiliki banyak pengertian antara lain :
to function or cause to function
to control the functioning of operate a machine
to manage, direct, run, or pursue (a business, system, etc.)
to perform a surgical operation (upon a person or animal)
to produce a desired or intended effect
Adapun bidang yang menangani tindakan operasi ini disebut Surgery, dan ahli surgery disebut Surgeon (ahli bedah).
Saat seorang pasien diputuskan untuk dilakukan operasi terhadapnya, tentunya bukan keputusan yang mudah, juga bukan keputusan yang menggembirakan. Tindak pembedahan tentunya identik dengan rasa sakit sebelum dan sesudah operasi. Belum lagi efek samping yang mungkin saja terjadi di belakang hari nanti. Berikut ini adalah 8 alasan mengapa orang takut dioperasi.
1. Takut mati
Ini       adalah alasan yang paling sering disebutkan oleh para pasien.      Kegagalan  operasi yang sering diekspos di media memberi kesan bahwa      ‘operasi sama  dengan mengantar nyawa’. Padahal kita tahu bahwa dokter      tidak dididik  untuk menjadi pembunuh profesional, apalagi sampai      mempertaruhkan  profesinya. Di ruangan operasi, dokter tidak  sendirian.     Ia harus dibantu  oleh asisten dan dokter anestesi. Tidak  mungkin ia     mengerjakannya  sendirian. Masing-masing dokter akan  melakukan kerja     sama dan mekanisme  kontrol yang baik agar operasi  berjalan lancar.
Alasan takut mati memang sangat manusiawi. Ini juga mengingatkan dokter bahwa tidak semua orang siap dioperasi. Karena itu para ahli medis harus berhati-hati dan mempersiapkan segala sesuatu dengan benar, tanpa ada kekeliruan sedikitpun. Para pasien juga diperkenankan untuk bertanya kepada dokter tentang resiko-resiko yang mungkin dihadapi jika ia menjalani operasi pembedahan itu.
Alasan takut mati memang sangat manusiawi. Ini juga mengingatkan dokter bahwa tidak semua orang siap dioperasi. Karena itu para ahli medis harus berhati-hati dan mempersiapkan segala sesuatu dengan benar, tanpa ada kekeliruan sedikitpun. Para pasien juga diperkenankan untuk bertanya kepada dokter tentang resiko-resiko yang mungkin dihadapi jika ia menjalani operasi pembedahan itu.
2. Takut operasi tidak menyembuhkan
Operasi       ini merupakan tindak pembedahan untuk mengatasi masalah langsung    pada    tempatnya. Misalnya operasi Tonsilectomy, yaitu mengangkat    tonsil    (amandel). Biasanya dilakukan pada amandel yang membesar tanpa    alasan    yang jelas sehingga mengganggu jalan nafas. Tapi, mungkin    saja setelah    dioperasi pun, ternyata masih ada gangguan lain yang    menyebabkan    terganggunya nafas. Untuk itu, dokter memang benar-benar    harus memahami    seberapa penting operasi ini dan seberapa besar    kemungkinan sembuhnya.    Pasien berhak tahu dan tanyakanlah hal itu    pada dokter yang    bersangkutan. 
3. Takut tidak sanggup menanggung biaya operasi
Operasi       tentu butuh biaya, mulai dari biaya ruangan, obat anestesi, dan   para     dokternya. Tidak ada operasi yang gratis, kecuali ada pihak   ketiga   yang   menanggung pembiayaan tersebut. Untuk mengantisipasi hal   ini,    seyogyanya  masing-masing kita sudah memiliki asuransi   kesehatan yang    menanggung  pembiayaan operasi. Jika tidak memiliki   asuransi, kita harus    siap dengan  harta yang dimiliki saat ini. Jika   ternyata harta   tersebut  tidak  mencukupi, mungkin cara seperti ‘Koin   Cinta Untuk   Bilqis’ bisa  menggugah  rasa peduli masyarakat untuk   membantu.
Mahalnya biaya operasi semata-mata bukan karena honor dokternya yang tinggi, melainkan karena menggunakan peralatan modern yang disediakan oleh pihak rumah sakit. Seringkali dokter melakukannya secara gratis, tapi ruangan operasi hingga ruang perawatannya tetap saja harus dibayar mahal.
Mahalnya biaya operasi semata-mata bukan karena honor dokternya yang tinggi, melainkan karena menggunakan peralatan modern yang disediakan oleh pihak rumah sakit. Seringkali dokter melakukannya secara gratis, tapi ruangan operasi hingga ruang perawatannya tetap saja harus dibayar mahal.
4. Takut efek samping pasca operasi
Operasi       dilakukan dalam ruangan yang sudah disterilkan, menggunakan    alat-alat    yang steril, cahaya dan temperatur ruangan yang    disesuaikan, sehingga    pre dan pasca operasi diharapkan memberikan    hasil yang optimal. Tapi    tetap saja ada efek samping yang harus    diperhatikan. Efek samping ini    bisa muncul dari eksternal maupun    internal. Eksternal misalnya infeksi    dari luar. Internal misalnya    tidak selera makan, sakit kepala, mula,    muntah, dan sebagainya. Maka    sebelum dilakukan operasi, tanyakan  kepada   dokter tentang efek    samping yang mungkin muncul pasca operasi,  agar   calon pasien siap    menghadapinya. Jika tidak siap, jangan lakukan    operasi. 
5. Takut menjadi cacat (contoh amputasi, pengangkatan payudara, dan sebagainya)
Membedah      suatu organ dan mengangkatnya akan membuat pasien kehilangan aset      berharganya. Misalnya pada pengangkatan payudara (Radical  Mammaectomy)     pada kasus kanker payudara.  Ini tentu membuat wanita  yang  bersangkutan    akan menjadi minder, rendah  diri, dan sebagainya.  Tapi  di lain sisi,    jika tidak dilakukan  pengangkatan,  kemungkinannya akan  jadi lebih    buruk, bahkan bisa  mengancam nyawa.  Terhadap kondisi  ini, sangat    diperlukan dukungan dari  keluarga,  handai taulan, dan  sahabat.    Rata-rata calon pasien akan merasa  amat  sangat sedih,  depresi, takut    saat menghadapi situasi seperti ini.   Namun dengan  dukungan yang kuat,    tentunya hal itu bisa dilewati  dengan  baik. 
6. Takut tidak bisa hidup secara normal lagi
Pameo       tentang operasi yang bisa membuat orang cacat seumur hidup membuat      kata  ‘operasi’ serasa ditabukan. Siapa sih yang suka tindakan   invasiv    ini?  Bahkan dokter sekalipun harus berfikir sungguh-sungguh   dalam    memberikan  keputusan operasi atau tidak. Misalkan pada kasus   amputasi    organ. Saat  masih co-ass, saya kebetulan pernah bertemu   dengan seorang    pasien yang  menderita kanker pada daerah penisnya.   Mau tidak mau,  aset   berharganya  itu harus dibuang. Jika tidak,   kanker itu akan  menyebar.   Walaupun dirasa  sangat berat, ia akhirnya   bersedia.  Pilihannya saat   itu, menderita  berkepanjangan atau   membuang salah  satu organnya dan   bertahan hidup.  Tentunya ia lebih   memilih untuk  bertahan hidup. 
7. Takut menjadi sorotan teman, keluarga, publik, dan sebagainya
Keputusan       operasi biasanya mendapat perhatian khusus dari teman, keluarga,   dan     lain-lain. Ini dikarenakan karena tidak semua orang mengalami   hal  yang    sama. Bahkan pada kasus yang mirip tapi tidak sama, ada   yang  mengaku    bisa sembuh tanpa operasi, sehingga keputusan operasi    tentunya menjadi    perdebatan sengit. Jangankan antara mereka dari    kalangan non medis,    bahkan dari medis sekalipun akan mempertanyakan,    “Apa keputusan operasi    itu sudah benar atau harus dipertimbangkan    lagi?” Dokter yang    bersangkutan harus rajin-rajin berdiskusi dengan    yang lebih senior untuk    mendapatkan pandangan yang lebih valid. 
8. Takut alat operasi tertinggal di dalam tubuh
sumber