Selamatkan Jakarta Rp 60 T, Pindah Ibukota Rp 150 T
Berita Nasional nasional Trending Topik
Jurnal Harian - JAKARTA - Banjir Jakarta memicu kembali
perdebatan mengenai urgensi memindahkan Ibukota Indonesia. Dari segi
biaya, menyelamatkan Jakarta lebih murah karena hanya butuh Rp 60
triliun, daripada boyangan Ibukota dengan biaya sekitar Rp 150 juta.
Menteri
Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto mengatakan, ada beberapa program
Kementerian Pekerjaan Umum untuk penanggulangan banjir Jakarta.
Jakarta
Emergency Dredging Initiative (JEDI) misalnya telah memasuki tahap
tender dan akan mulai groundbreaking pada April 2013.
Anggaran
Pemerintah Pusat (Kementerian Pekerjaan Umum) Rp 600 miliar, Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta Rp 800 miliar (pagu anggaran 2013)
Ada
juga pembuatan daun pintu air baru di Pintu Air Manggarai dan Pintu Air
Karet. Ini sudah dilaksanakan sejak 2013 dan ditargetkan selesai 2014.
Penambahan pintu air di Manggarai akan menambah daya pintu air dari
sekitar 350 meter kubik per detik menjadi 500 meter kubik per detik.
Sedangkan penambahan pintu air Karet akan menambah daya tampung dari
semula 500 meter kubik per detik menjadi 740 meter kubik per detik.
Normalisai
Sungai Pesanggrahan, Sungai Angke bagian hulu, dan Sungai Sunter yang
sudah mulai dilakukan sejak 2012 dan ditargetkan selesai 2014.
Normalisasi Kanal Banjir Barat dan pembangunan Kanal Banjir Timur.
Sedangkan pembangunan Kanal Banjir Timur mampu mengurangi 16 kawasan
rawan genangan. Kanal banjir ini sudah difungsikan.
Program
yang akan berjalan antara lain pembuatan Sodetan Ciliwung-Kanal Banjir
Timur Kementerian Pekerjaan Umum berencana membuat sodetan atau
gorong-gorong bawah tanah yang menyambungkan Sungai Ciliwung dengan
Kanal Banjir Timur.
Sodet direncanakan memiliki panjang 1,454 kilometer
dan membentang dari Sungai Ciliwung di belakang Sekolah Tinggi Ilmu
Statistik di Jalan Otto Iskandar Dinata, hingga ke KBT di jalan D.I
Panjaitan, Jakarta Timur.
Target bisa dilaksanakan tahun ini dan selesai
2014. Anggarannya capai Rp 500-700 miliar
Kementerian
pekerjaan Umum juga berencana menormalisasi Sungai Ciliwung dengan cara
mengeruk sedimentasi dan melebarkan sungai. Targetnya, Sungai Ciliwung
memiliki lebar 50-60 meter dengan kedalaman 3-5 meter. Anggaran Tahap I
Manggarai-Casablanca, butuh dana Rp 450 miliar
Waduk
Ciawi telah memasuki tahap desain teknik dan kajian geoteknologi.
Waduk
Ciawi diperkirakan mampu menampung 33 juta kubik air. Namun pemerintah
menilai pembangunan waduk ini tidak banyak memberikan mafaat pada
penanggulangan banjir. Sebab, pembangunan waduk hanya mengurangi 10-15
persen banjir Jakarta. Anggarannya Rp 3,5 triliun.
Sementera,
untuk menjadikan gagasan pemindahan ibukota negara ke luar Jakarta
tidak sebatas wacana, diperlukan dana setidaknya Rp 150 triliun.
"Sampai
tuntas pemindahannya butuh Rp 150 triliun," kata pengamat kebijakan
publik UI Andrinof A.Chaniago . Angka itu hasil perhitungan kasar yang
disusun Visi Indonesia 2033.
Menurut dia,
anggaran Rp 150 triliun itu tidak akan terlalu berat kalau bersifat
multiyears. Bila setiap tahun bisa dianggarkan Rp 15 triliun, maka
proses pemindahan ibukota akan selesai dalam waktu 10 tahun.
"Rp
15 triliun per tahun itu artinya kurang dari 1 persen APBN per tahun,"
kata pria kelahiran Padang, 3 November 1962, itu. Untuk lokasi ibukota
barunya sendiri, Andrinof belum mau membicarakannya terlalu spesifik.
Dia hanya menyebut salah satu alternatifnya bisa di Kalimantan.
Andrinof
mengatakan Rp 150 triliun dalam sepuluh tahun atau Rp 15 triliun per
tahun merupakan jumlah yang kecil dibandingkan manfaat jangka panjang
yang akan diperoleh dengan mendirikan ibukota baru berkelas dunia.
"Bandingkan saja dengan kerugian akibat macet di Jakarta yang mencapai
Rp 45 triliun lebih per tahun itu," katanya.
Tapi,
dia mengaku sudah pesimistis gagasan pemindahan ibukota akan
dikonkretkan dalam masa pemerintahan periode sekarang. Dengan nada
menyindir, Andrinof menyebut kepemimpinan sekarang masih tidak melihat
masalah besar yang menanti di depan mata dengan tidak segera memutuskan
kebijakan. "Apa boleh buat. Kita harus menoleh lagi ke penguasa baru di
tahun 2014," ujar Andrinof.
Secara terpisah,
dukungan pemindahan ibukota juga datang dari Ketua Umum PP Muhammadiyah
Din Syamsuddin. "Dengan sering terjadinya banjir yang melumpuhkan
ibukota Jakarta, maka saatnya untuk dipertimbangkan pemindahan ibukota
ke tempat lain," katanya.
Menurut dia, lokasi
yang tergolong ideal adalah Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Bahkan,
pemindahan ibukota dari Jakarta ke Palangkaraya sudah diproyeksikan oleh
Presiden pertama Bung Karno. Ins,viv
sumber : surabayapost.co.id