Rabu, 10 April 2013

Adegan Hollywood di Stasiun Gambir

Adegan Hollywood di Stasiun Gambir

(dok/antara)
Seorang wajib pajak Asep Hendro (kiri) dan penyidik pajak golongan 4A/B Pargono Riyadi digiring petugas saat tiba di Gedung KPK Jakarta, Selasa (9/4).
Stasiun Besar Gambir, Jakarta, pukul 17.00 WIB. Kereta Api Bima tujuan Solo meniupkan tanda selamat tinggal. 
 
Peron tunggu masih ramai oleh penumpang Gajayana tujuan Solo pada pukul 17.30. Satu dari antara ratusan orang di sana tak ada yang menyadari ada enam penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) hadir mengintai.

Termasuk Rukimin Tjahyanto alias Andreas dan Pargono Riyadi, Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) pada Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Keduanya tak tahu merekalah sasaran pengintaian oleh enam pasang mata tajam punggawa pemberantasan korupsi ini.

Berjanji bertemu di lorong selatan stasiun berwarna hijau itu, Andreas pun datang lebih dulu. Dia menunggu Pargono dari kejauhan. Memindahkan kantong plastik kresek adalah misinya.

Pargono tiba dari arah berlawanan tempat Andreas berdiri. Tidak ada aba-aba, tidak ada kontak mata, apalagi kontak seluler, keduanya sama-sama melangkah ke tengah lorong. Enam pasang mata penyidik KPK tak berkedip melihat pergerakan keduanya.

Mirip adegan film Hollywood, Pargono dan Andreas pun berpapasan. Tas kresek berpindah tangan. Pargono berbisik singkat. Misi selesai. Ramainya Gambir mengaburkan transaksi haram dua anak manusia yang pura-pura tak saling mengenal itu.

Pargono masih menunggu taksi ketika seorang penyidik sengaja merangkulnya sambil bertanya, "Pak Pargono, ya?". Pargono yang keheranan sekaligus merasa rikuh karena dirangkul orang tak dikenal yang segera menanyakan identitasnya.

"Saya penyidik KPK, Pak," jawab penyidik itu. Sontak Pargono berusaha melepaskan diri dari rangkulan tersebut.

Namun, Pargono tak bisa berkutik lagi ketika penyidik mengatakan, "Bapak punya sakit jantung, kan? Sayangi jantung Anda." Maka kemudian dengan mudah penyidik menggiringnya ke mobil dan membawanya ke kantor KPK.

Pargono tidak sadar kalau di saat yang bersamaan, hanya beberapa meter dari balik punggungnya, Rukimin Tjahyanto alias Andreas yang bertubuh besar sedang bergulat dengan sejumlah penyidik yang terpaksa bertindak keras menaklukkan perlawanannya. Berhasil. Kedua tangannya lantas diborgol saat dibawa penyidik ke KPK.
 
Mantan Pembalap
Di tempat terpisah yang berjarak sekitar 33 kilometer, tim penyidik lainnya pun bergerak untuk menangkap Asep Hendro di kantornya di Jalan Tole Iskandar, Depok. Pemilik Asep Hendro Racing Sport (AHRS) itu dibekuk selang sepuluh menit setelah penangkapan di Stasiun Gambir.

Asep disebut tidak melakukan perlawanan meski ketika sampai di kantor KPK terlihat bajunya robek. Entah karena sebenarnya melawan penyidik, atau berjuang melawan lautan wartawan yang tidak pernah bosan mencecar para maling uang negara dengan pertanyaan.

Satu pelaku lainnya baru tiba di kantor KPK pukul 00.15 WIB. Dia ditangkap di Bandung, Jawa Barat. Informasi yang diterima, pria ini bernama Wawan dan disebut-sebut sebagai manajer AHRS. Wawan terlihat sempat gamang untuk keluar sendiri dari mobil berpelat B 1700 RFV. Dia baru berani keluar setelah penyidik KPK mempersilakan dan mengawalnya masuk ke gedung.

KPK masih melakukan pemeriksaan 1 x 24 jam sebelum menetapkan status hukum bagi keempatnya. Jika ditetapkan menjadi tersangka, keempatnya paling cepat dijebloskan ke ruang tahanan sekitar pukul 19.00 WIB, Rabu (10/4) malam ini.
 
Juru Bicara KPK Johan Budi SP mengungkapkan penangkapan itu dilakukan berdasarkan informasi masyarakat tentang adanya praktik suap menyuap itu. Tim KPK juga berhasil mengamankan uang sekitar Rp 125 juta yang diduga uang suap komitmen fee pengurusan pajak.
 
Pargono tercatat sebagai penyidik PNS golongan IVB di kantor wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Jakarta Pusat. Sementara itu Asep merupakan pengusaha suku cadang otomotif terbesar di Indonesia dengan merek AHRS. Selain di Depok, Asep memiliki galeri di Bandung, Malaysia, Makassar, Purwokerto, Bogor, dan Jatinegara.
 
Dari hasil penelusuran diketahui Asep adalah mantan pembalap nasional di era 1990-an. Pensiun dari membalap, pria berusia 43 tahun ini pun melakoni usaha jual-beli suku cadang motor sejak 15 tahun silam.
Nama Asep dikenal akrab secara luas di kalangan penggemar otomotif roda dua. Tak ayal, buah bibir di antara mereka soal Asep tak lagi tentang kegemarannya dalam gasstrack, motocross, dan road race, tapi soal kasus pajaknya.
 
Sumber : shnews.co
Adegan Hollywood di Stasiun Gambir
4/ 5
Oleh
Add Comments


EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.