Kisah Sukses Agen Alay yang Nyaris Jual Ginjal
Berita Nasional nasional Trending TopikIlustrasi Anak Alay. TEMPO/DIAN TRIYULI HANDOKO |
Jakarta - Kehidupan Ely Sugigi benar-benar berubah drastis. Perempuan 41 tahun ini dahulu hidup dalam kesusahan. Tapi semua berubah setelah dia melakoni manajemen penonton alias pemasok anak-anak alay di stasiun televisi. Hidupnya kini berkecukupan.
Dalam wawancara dengan Tempo, Ely menceritakan perjuangan hidupnya keluar dari impitan ekonomi. Dia pernah jadi pembantu rumah tangga. Penghasilan yang serbakurang membuat keluarganya banyak berutang sana-sini, apalagi suaminya saat itu bekerja serabutan (belakangan mereka bercerai). "Susah banget hidup saya, bayar utang hampir jual ginjal," kata Ely, Kamis, 30 Mei 2013, di Pasar Festival, Kuningan, Jakarta.
Demi meningkatkan taraf ekonomi keluarga, perempuan bernama asli Ely Suharli ini berpikir untuk mencari pekerjaan lain. Pada 2006, dia mengikuti audisi acara lenong di sebuah stasiun televisi. Sayang, niatnya tidak terlaksana karena audisi sudah ditutup. Dia lalu jadi penonton Lenong Yuk. Tak disangka, seusai menonton, dia dibayar. "Asyik, nih, dikasih duit Rp 15 ribu, juga dikasih makan," kata dia.
Namun rupanya sang suami kurang suka dengan pekerjaan Ely. Meski demikian, karena merasa nyaman, Ely tetap melakoni pekerjaannya sebagai penonton. Ibu dua anak ini pun terpaksa berbohong pada suaminya. "Saya dapat Rp 15 ribu bilangnya Rp 25 ribu, supaya boleh," kata dia.
Kesabarannya menekuni "profesi" penonton mulai memperlihatkan hasil. Dari hanya menjadi penonton, Ely diajak menjadi figuran. Saat itu bayarannya naik menjadi Rp 50 ribu. Namun ada yang lebih penting dari soal bayaran yang naik, yaitu perkenalannya dengan komedian pengisi acara, di antaranya Bedu. Dari Bedu inilah dia dipinjami duit Rp 1,5 juta untuk membuka bisnis manajemen penonton.
Profesinya sebagai manajemen penonton mulai dilakoni pada awal 2007. Sejak itu dia banyak memegang duit recehan. Ely kerap menukarkan uang itu ke sebuah bank dan kenal dengan pegawai bank bernama Hendri. "Dia baik hati. Dia ngajakin kerja sama dan minjemin uang Rp 100 juta. Pembagiannya 40:60; 40 persen dia, 60 persen saya. Dari situlah mulai berkembang," ujar Ely.
Kini hidup Ely berubah. Dia, antara lain, mempunyai rumah dan kendaraan, sebidang tanah, bahkan membelikan orang tuanya rumah dan kendaraan.
AMIRULLAH | HADRIANI P
Sumber : tempo.co