Senin, 21 November 2011

Ada yang Ditonjok Penonton, Ada yang Tergencet

Ada yang Ditonjok Penonton, Ada yang Tergencet

Petugas Volunteer, Terlupa dari Atmosfer Pertandingan Sepak Bola SEA Games XXVI
Bukan hanya aparat keamanan dari kepolisian saja yang menjadi tulang punggung dalam pergelaran Sea Games XXVI. Tenaga pembantu atau biasa disebut volunteer juga tidak bisa diabaikan jasanya dalam mensukseskan sebuah perhelatan besar ini. Termasuk volunteer dalam cabang sepak bola yang terasa paling bergairah saat ini. CHOLIS FAIZI, Jakarta
WAJAHNYA sudah penuh dengan keringat, kaosnya sudah basah kuyup juga karena keringat. Paras masih muda belia itu su dah tidak bisa tersenyum saat melayani ri buan pengantre yang ingin masuk ke Stadion Utama Gelora, Bung Karno, Senayan, Ja karta, saat pertandingan semi final SEA Ga mes Indonesia melawan Vietnam, dua hari yang lalu. Didampingi beberapa orang keamanan ke polisian dan TNI, volunteer itu hanya bisa tersenyum kecil saat diajak bercanda atau digoda oleh penonton. ”Saya harus li hat dulu gate-nya mas, baru Anda boleh ma suk,” tegasnya sambil menghentikan calon penonton yang terlihat terburu-buru untuk masuk ke dalam Stadion. Ya, panitia Sea Games alias Inasoc memang sangat membutuhkan tenaga volunteer. Bahkan, lowongan volunteer sudah di buka sejak empat bulan sebelum perhelatan Sea Games dibuka. Peminatnya pun sangat mengejutkan, hampir mencapai 10 ribu orang.
Selain karena mungkin angka pe ngangguran di Indonesia masih sangat tinggi, para volunteer itu ingin mencari kegiatan di luar sekolah maupun kampus. ”Salah satunya adalah keinginan untuk non ton gratis. Itu sudah sangat menyenangkan buat kami,” kata Sandi Anugrah, salah satu volunteer senior yang ada di PSSI. Asal tahu saja, yang mengisi tenaga volunteer adalah mahasiwa dan mahasiswi Bahkan ada beberapa profesi volunteer yang memang dijadikan sandaran hi dup untuk kebutuhan sehari-hari. Sandi mengatakan, untuk cabor sepak bo la di Jakarta, Inasoc mengerahkan 200 volunteer di setiap pertandingannya. Bah kan, Inasoc harus meminta bantuan kepada PSSI untuk meminta tenaga tambahan dari pihak PSSI. ”Tenaga tambahan dari PSSI sebanyak 25 orang, jadi kekuatan 225 orang setiap per tandingan,” jelas pria asal Bogor, Jawa Barat itu.
Dari 225 orang volunteer di se pakbola, 100 orang dikerahkan ke Stadion Lebak Bulus, 125 orang di Stadion Bung Karno. ”Namun untuk partai final semua dipu satkan di SUGBK karena tidak ada pertandingan lain,” jelas pria yang ramah kepada wartawan itu. Lantas be rapa kah upah mereka setiap hari? ”Volunteer dibayar per-hari, karena mereka kerja setiap pertandingan saja. Upahnya sebesar Rp 250 ribu per-pertandingan. Itu volunteer yang dari Inasoc. Sedangkan volunteer yang dari PSSI kerja setiap ha ri, namun kalau masalah gaji dibayar nan ti setelah pekerjaan selesai. Jadi kami biasanya di penghujung even,” kata pria yang juga adik kandung dari mantan anggota bidang media PSSI, Asep Sa putra itu. Pekerjaan volunteer memang terbilang su sah-susah gampang. Namun tidak jarang juga dalam posisi sangat susah. Ter utama kondisinya saat pertandinganpertandingan yang menyedot massa be sar. Kata Sandi, sering terjadi volunteer yang terjepit dampak dari desak-desakan penonton.
Bahkan, Sandi sendiri sudah hampir tiga kali kena bogem mentah penonton karena mempertahankan peraturan yang sudah ditegakkan. ”Saat saya tugas di tribun media, ada orang yang memaksa masuk ke area war tawan. Tugas saya adalah membersihkan area wartawan dari penonton umum. Saat adu mulut dia langsung memukul saya,” kata Sandi. Hal senada diungkapkan oleh Siti Chairunnisa. Menjadi volunteer memang harus siap dalam kondisi apapun. Apalagi sering berhadapan dengan banyak orang dan dalam tabiat yang berbeda-beda. Banyak dari penonton yang bertipikal tidak sabar dan bertindak semaunya sendiri. ”Asal sesama volunteer bisa bekerjasama dan jangan mengandalkan, saya rasa semua bisa berjalan de ngan baik. Sejauh ini saya sangat se nang dengan pekerjaan saya ini. Kadang saya bisa menyaksikan pertandingan, tapi tidak jarang juga volunteer hanya tergencet-gencet di sela-sela penonton,” kata Siti. Panitia cabor sepak bola Marco Paoulo mengaku keberadaan volunteer jelas memperingan pekerjaan para panitia. ”Salah satunya adalah melancarkan semua kegiatan peliput, peserta, bahkan mempermudah kinerja panitia.
Semua saling berkaitan dan termasuk andalan dalam sebuah even,” tambah Marco. Dikatakan, volunteer sudah dilatih dan di genjot panitia sejak 18-26 Oktober lalu di Badan Diklat DKI Jakarta, Kuningan, Jakarta Selatan. Mereka diberikan bekal teknis dengan dikondisikan siap dalam even-even besar. “Saat Sea Ga mes berlangsung, volunteer yang men jadi pusat pembentukan citra negara ini. Karena, merekalah yang berkemungkinan bersetuhan langsung dengan tamu-tamu negara setelah LO,” ujar salah satu pembina volunteer SEA Games Shita Wardani Singgih. Volunteer diberikan lima materi yang dipersiapkan Inasoc. Salah satunya adalah etika dan etiket. Materi etika dan etiket diharapkan mampu membimbing volunteer dalam bertingkah laku yang baik di hadapan semua orang. Terutama di depan tamu negara. ”Jika volunteer mampu memberikan kesan baik pada tamu negara, maka mereka akan memandang sajian dari negara ini adalah baik. Namun, jika tidak, negara ini harus bersiap mendapat cemooh dari tingkah laku volunteer yang ‘nakal’. Karenanya, penting persiapan matang bagi volunteer dalam hal etika dan etiket,” tandasnya. (*)
Ada yang Ditonjok Penonton, Ada yang Tergencet
4/ 5
Oleh
Add Comments


EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.